Mahasiswa, adalah status sosial seseorang yang menandakan mereka sedang menempuh jenjang pendidikan di tingkat atas atau perguruan tinggi. Mahasiswa begitu orang menyebutnya sebagai anak muda yang banyak memiliki pola pemikiran dan kreativitas tinggi, tidak jarang pula pemikirannya cenderung idealis. Tapi apakah mahasiswa di Indonesia benar-benar mengaplikasikan ilmunya pada lingkungan sekitar? Apakah ada pengaruh dari budaya, sosial, lingkungan terhadap perilaku anak-anak muda alias Mahasiswa ini? Nah, sebenarnya gimana sih kondisi para generasi muda Indonesia kini?
Kalau generasi muda Indonesia kita compare dengan generasi muda Negara lain, Siapa yang lebih baik?
Perbedaan tersebut bisa kita lihat dari beberapa hal berikut ini:
1. Budaya Membaca jauh dari kenyataan.
Budaya membaca di Indonesia jauh dari kenyataan yang seharusnya layak dibanggakan. Coba lihat mahasiswa di Luar Negeri yang menghabiskan waktu lebih banyak di perpustakaan atau taman dengan membaca buku. Sedangkan di Indonesia, mahasiswa lebih banyak yang menghabiskan waktu di perpustakaan bukan untuk membaca buku melainkan untuk memanfaatkan fasilitas wifi gratis. Prinsipnya mahasiswa di Luar Negeri rajin membaca buku karena itu sudah menjadi kebutuhan mereka sebagai pelajar, tentunya mereka lebih memiliki effort yang besar untuk membaca karena kewajiban pula. Mereka rata-rata membaca 1-2 buku per minggunya untuk menambah literasi tugas paper mereka. Kalau mau jadi mahasiswa ya harus membaca ribuan buku. Well, kalau di Indonesia mahasiswa masih belum memiliki kesadaran penuh akan hal tersebut. Maka, membaca lah !
2. Twitter, Path, Instagram, Line? What kind of? Is it food?
Hati-hati dengan sosial media yang biasa kamu gunakan. Bisa saja kamu telah kecanduan untuk meng-stalk kegiatan orang lain yang kemudian lupa dengan apa yang harus kamu kerjakan. Sebaliknya mahasiswa Luar Negeri jarang yang tahu tentang twitter, path, instagram, line. Padahal hampir semua mahasiswa di Indonesia memiliki beberapa akun sosial media tersebut. Kebanyakan mereka merasa kurang PeDe jika tidak memilikinya, karena orang Indonesia kini cenderung lebih suka menulis di smartphone daripada berbicara secara langsung. Jika mahasiswa Luar Negeri tidak memiliki akun sosial media bukan berarti mereka tidak suka bergaul, tetapi menurut mereka itu terlalu membuang waktu saja. Sehingga mereka lebih memilih untuk ansos dengan teman melalui media sosial dan sebaliknya mereka akan memiliki banyak waktu untuk membaca buku atau berdiskusi mengenai berbagai topik yang melatih cara berpikir mereka. Hal ini lebih seperti individualis memang, tapi mengertilah individualis bukan berarti tidak mengenal lingkungan sekitar.
3. Kerja Part-Time. Gengsi kah?
Sebagian besar mahasiswa Indonesia itu gengsinya gede. Ngga mau kerja ini, kerja itu, kerjaannya nungguin transferan datang saja, itu pun masih saja kurang sadar diri dengan tetap bergaya seperti orang yang punya penghasilan sendiri. Well, kebanyakan mahasiswa di Luar Negeri menjadi pekerja part time yang ngga pilih-pilih. Apapun bisa dikerjakan misalnya menjadi pelayan restoran, kasir toko, kurir antar barang, penulis, dan lain-lain. Meskipun mereka bekerja, tetapi mereka masih mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengerjakan tugas kuliah mereka.
4. Kebanyakan Kampus Luar Negeri tidak menggunakan sistem presensi
Kebayang ngga sih kalau di Indonesia ngga pake sistem Presensi. Apa kelasnya masih penuh? Beberapa Kampus di luar negeri ngga pake sistem presensi ya guys, ini karena Mahasiswa disana sudah sangat sadar mengenai pentingnya belajar. Jadi ngga ada presensi pun mereka tetap datang, Yap mereka tetap hadir mengikuti pembelajaran di kelas. Yang penting akumulasi tugas dan ujiannya bagus, itu udah bisa naik ke semester berikutnya. Ngga ada sangkut pautnya dengan kehadiran. Pola pikir dan kebiasaan yang benar-benar patut di contoh ya guys..
5. Party and Study
Hal yang wajar bagi usia mahasiswa yang memiliki jiwa untuk bersenang-senang. Namun pola pikir mahasiswa luar negeri adalah ” party at the time, study in the moment “ jadi mereka tidak kebablasan padahal party adalah budaya muda mudi di luar negeri. Cara berfikir ini masih minim di Indonesia, mahasiswa kadang sering meninggalkan study hanya untuk mempersiapkan acara.
6. Penampilan atau Kemampuan
Nah dalam hal ini yang kita bahas terkait dengan financial. Mahasiswa luar negeri pintar dalam memanfaatkan keuangan. Khususnya mereka yang mampu, kebanyakan dari mereka memamfaat kekayaan tersebut untuk meningkatkan kemampuan mereka. Buktinya mahasiswa kaya kebanyakan pintar dan berprestasi. Sisanya baru digunakan untuk shopping atau party. Berbeda dengan mahasiswa di Indonesia. Keuangan yang lebih sering dimanfaatkan untuk mengurusi penampilan. Sedangkan beli buku atau hal yang berhubungan dengan kuliah perlu berfikir 2x untuk mengeluar uang dari dompet.
7. Rajin Ngampus
Meskipun cuaca di Luar negeri sering tidak menentu, namun mahasiswa disana tetap rajin datang ke kampus. Begitu pun bila kelas kosong karena dosen berhalangan hadir, mereka tetap saja dapat memanfaatkan waktu untuk berdiskusi dan mengerjakan tugas. Jika di Indonesia, pola pikir mahasiswa bila perkuliahan kosong, maka itu artinya mereka libur dan bebas.
Berikut itu tadi perbandingan mahasiswa Indonesia dengan mahasiswa luar negeri. Bukan memburukkan mahasiswa Indonesia tapi kita harus secara objektif melihat kenyataan yang begitu. Semoga artikel ini bisa jadi inspirasi untuk mengubah mindset dan menjadi mahasiswa yang sebenarnya.
No comments:
Post a Comment